MEDIA PEMBELAJARAN



A. Pengertian Media Pembelajaran
  1. Menurut Azhar (2011) media pembelajaran adalah alat bantu pada proses belajar baik di dalam maupun diluar kelas, lebih lanjut dijelaskan bahwa media pembelajaran adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi intruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar.  
  2. Menurut Arief Sadiman (2008: 7) Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima pesan. 
  3. Menurut Rayanda Asyar (2012 : 8) Media pembelajaran dapat dipahami sebagai segala sesuatu yang dapat menyampaikan atau menyalurkan pesan dari sumber secara terencana, sehingga terjadi lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif.
  4. Menurut Miarso (2004) Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan si belajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar”. 
  5. Menurut Oemar Hamalik (1980) Mengemukakan bahwa pengertian media pembelajaran adalah alat, metode, dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah. 
       Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat di simpulkan bahwa media pembelajaran adalah sebagai alat atau sarana atau perantara yang digunakan dalam proses interaksi yang berlangsung antara guru dan siswa untuk mendorong terjadinya proses belajar mengajar dengan tujuan untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan serta memantapkan apa yang dipelajari dan membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang berkualitas.   
B. Jenis Media Pembelajaran 
  1. Media Visual
       Media Visual adalah suatu alat atau sumber belajar yang di dalamnya berisikan pesan, informasi khususnya materi pelajaran yang di sajikan secara menarik dan kreatif dan diterapkan dengan menggunakan indera pengelihatan. Jadi media visual ini tidak dapat di gunakan untuk umum lebih tepetnya media ini tidak dapat di gunakan oleh para tunanetra. Karena media ini hanya dapat di gunakan dengan indera pengelihatan saja.  
    Contohnya:
    • Gambar/foto  

            Gambar di atas adalah salah satu contoh dari media visual. Jadi fungsi media gambar di atas adalah mempermudah pendidik dan peserta didik dalam proses belajar megajar dan juga agar tercapainya tujuan belajar. Degan adanya gambar tersebut dapat mempermudah pendidik dalam menyampaikan pesan atu informasi (bahan pelajaran) dan juga mempermudah peserta didik dalam memahami materi pelajaran yang di sampaikan oleh pendidik. Sehinga dapat tercapainya tujuan belajar.  
    • Diagram
         Diagram adalah suatu media visual yang digunakan untuk memaparkan atau menerangkan suatu data yang akan disajikan dalam bentuk gambar seperti gambar di atas. Sehingga penyajian materi dalam bentuk diagram dapat mempermudah memahami isi dari materi yang disajikan. 
    • Poster
           Poster adalah media visual yang berupa gambar yang disertai tulisan dan tulisan tersebut menekankan pada satu atau dua ide pokok sehingga dapat di megerti oleh pembacanya hanya dengan melihatnya sepintas saja. Selain itu dalam penyampain pesan melalui poster akan lebih mudah di megerti dan di fahami oleh para pemirsanya karena poster dapat menarik perhatian dan juga mampu untuk mempengaruhi dan memotifasi tingkah laku pemirsanya.  
  2. Media Audio 
         Media Audio adalah atau media dengar adalah jenis media pembelajaran atau sumber belajar yang berisikan pesan atau materi pelajaran yang disajikan secara menarik dan kreatif dan diterapkan dengan menggunakan indera pendegaran saja. Karena media ini hanya berupa suara.
    Contohnya:
    • Radio
         Radio adalah media visual yang berupa benda atau alat yang dapat dipergunakan untuk memfasilitasi proses belajar mengajar dan diterapkan dengan menggunakan indera pendengaran. Fungsi radio sebagai media belajar adalah dapat memberikan informasi-informasi yang dimuat didalamnya.  
    • Alat Perekam Pita Magnetik
            Alat perekam pita maknetik merupakan media belajar berbasis audio dan diterapkan dengan mengunakan indera pendengaran. Peran atau fungsi alat perekam pita maknetik dalam media belajar adalah dapat dipergunakan untuk merekam suara atu data (materi pelajaran) sehingga dalam penyampainya pendidik dapat memutarnya kembali. Tetapi alat ini sudah jarang di temikan karena sudah tergantikan oleh teknologi-teknologi yang lebih canggih dan baru.  
  3. Media Audio Visual 
            Media audio visual adalah jenis media pembelajaran atau sumber belajar yang berisikan pesan atau materi pelajaran yang dibuat secara menarik dan kreatif dengan menggunakan indra pendengaran dan penglihatan. Media ini berupa suara dan gambar.
    Contohnya:\
    • Televisi
            Televisi merupakan sistem elektronik yang menayangkan gambar hidup dan gambar diam disertai dengann suara melalui kabel. Selain sebagai media pembelajaran, televisi merupakan sumber informasi bagi masyarakat. Televisi berperan penting untuk pendidik, karena pendidik terbantu dalam menyampaikan hal – hal yang tidak bisa dibawa ke dalam kelas. Siswa bisa menggunakan media tersebut dirumah. 
    • Video Kaset
     
           Video Kaset merupakan alat yang dapat menampilkan gambar gerak dan disertai dengan suara. Video kaset bersifat informatif dan juga sangat cocok untuk digunakan sebagai media pembelajaran. Sebagian kedudukan film digantikan oleh video. Tetapi masing – masing mempunyai kelebihan. Biasanya pedidik menayangkan video pembelajaran di depan kelas melalui proyektor. Video kaset memiliki fungsi untuk merekam data. Data tersebut bisa dihapus dan ditayangkan kembali ketika dibutuhkan.  
 

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF / Pipih

1. MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF 

Definisi Model Pembelajaran Kooperatif 
a. Slavin dalam Isjoni (2009: 15) pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 5 orang dengan struktur kelompok heterogen. 
b. Sunal dan Hans dalam Isjoni (2009:15) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada siswa agar bekerja sama selama proses pembelajaran. 
c. Stahl dalam Isjoni (2009: 15) menyatakan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan belajar siswa lebih baik dan meningkatkan sikap saling tolong-menolong dalam perilaku sosial. 

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang anggotanya berisifat heterogen, dengan cara serangkaian strategi yang dirancang khusus untuk meningkatkan belajar siswa lebih baik serta sikap saling membantu dan bekerjasama agar semua anggota maksimal. pembelajaran kelas 5 SDN Cilubang 1 tentang sub materi tata surya mengalami kendala yang dapat dilihat dari rendahnya hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang rata-rata nilainya dibawah KKM sebesar 69% yaitu sebanyak 21 siswa sedangkan yang diatas KKM sebesar 31% yaitu sebanyak 9 siswa.



Penulis Blog
Pipih Chopipah

Sumber : http://ejournal.uika-bogor.ac.id/index.php/EDUCATE/article/view/2153/1412


Berhitung Bagi Anak Usia Dini



Kemampuan Berhitung Bagi Anak Usia Dini 



a. Pengertian Kemampuan
Memberi bekal kemampuan berhitung pada anak sejak dini untuk membekali kehidupan anak di masa yang akan datang di rasa sangat pentingIstilah kemampuan dapat didefinisikan dalam berbagai arti, salah satunya menurut Munandar (Susanto, 2011:97), “kemampuan merupakan daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan”.
Senada dengan Munandar, Robin (Susanto, 2011:97) menyatakan bahwa kemampuan merupakan suatu kapasitas berbagai tugas dalam suatu pekerjaan tertentu. Dengan demikian, kemampuan adalah potensi atau kesanggupan seseorang yang merupakan bawaan dari lahir dimana potensi atau kesanggupan ini dihasilkan dari pembawaan dan juga latihan yang mendukung seseorang untuk menyelesaikan tugasnya.
Matematika pada hakekatnya merupakan cara belajar untuk mengatur jalan pikiran seseorang dengan maksud melalui matematika seseorang dapat mengatur jalan pikirannya Suriasumantri (Susanto, 2011:98). Dalam kaitannya, salah satu cabang dari matematika ialah berhitung. Berhitung merupakan dasar dari beberapa ilmu yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari seperti, penambahan, pengurangan, pembagian, ataupun perkalian. Untuk anak usia dini dapat menambah dan mengurang serta membandingkan sudah sangat baik setelah anak memahami bilangan dan angka (Suyanto, 2005:73).
b. Pengertian Berhitung
Dalam pembelajaran permainan berhitung pemula di taman kanak-kanak (2000:1) dijelaskan bahwa berhitung merupakan bagian dari matematika, diperlukan untuk menumbuh kembangkan keterampilan berhitung yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, terutama konsep bilangan yang merupakan juga dasar bagi pengembangan kemampuan matematika maupun kesiapan untuk mengikuti pendidikan dasar.
Pengertian kemampuan berhitung permulaan menurut Susanto (2011:98) adalah kemampuan yang dimiliki setiap anak untuk mengembangkan kemampuannya, karakteristik perkembangannya dimulai dari lingkungan yang terdekat dengan dirinya, sejalan dengan perkembangan kemampuannya anak dapat meningkat ke tahap pengertian mengenai jumlah, yang berhubungan dengan penjumlahan dan pengurangan.
Sedangkan Sriningsih (2008:63) mengungkapkan bahwa kegiatan berhitung untuk anak usia dini disebut juga sebagai kegiatan menyebutkan urutan bilangan atau membilang buta. Anak menyebutkan urutan bilangan tanpa menghubungkan dengan benda-benda konkret. Pada usia 4 tahun mereka dapat menyebutkan urutan bilangan sampai sepuluh. Sedangkan usia 5 sampai 6 tahun dapat menyebutkan bilangan sampai seratus.
Dari pengertian berhitung di atas, dapat disimpulkan bahwa berhitung merupakan kemampuan yang dimiliki oleh setiap anak dalam hal matematika seperti kegiatan mengurutkan bilangan atau membilang dan mengenai jumlah untuk menumbuh kembangkan ketrampilan yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, yang merupakan juga dasar bagi pengembangan kemampuan matematika maupun kesiapan untuk mengikuti pendidikan dasar bagi anak.
c. Tujuan Pembelajaran Berhitung
Depdiknas (2000:2) menjelaskan tujuan dari pembelajaran berhitung di Taman Kanak-Kanak, yaitu secara umum berhitung permulaan di Taman Kanak-kanak adalah untuk mengetahui dasar-dasar pembelajaran berhitung sehingga pada saatnya nanti anak akan lebih siap mengikuti pembelajaran berhitung pada jenjang selanjutnya yang lebih kompleks. Sedangkan secara khusus dapat berpikir logis dan sistematis sejak dini melalui pengamatan terhadap benda-benda konkrit gambar-gambar atau angka-angka yang terdapat di sekitar, anak dapat menyesuaikan dan melibatkan diri dalam kehidupan bermasyarakat yang dalam kesehariannya memerlukan kemampuan berhitung, ketelitian, konsentrasi, abstraksi dan daya apresiasi yang lebih tinggi, memiliki pemahaman konsep ruang dan waktu serta dapat memperkirakan kemungkinan urutan sesuai peristiwa yang terjadi di sekitarnya, dan memiliki kreatifitas dan imajinasi dalam menciptakan sesuatu secara spontan.
Menurut Piaget (dalam Suyanto, 2005:161) menyatakan bahwa:
“Tujuan pembelajaran matematika untuk anak usia dini sebagai logicomathematical learning atau belajar berpikir logis dan matematis dengan cara yang menyenangkan dan tidak rumit. Jadi tujuannya bukan agar anak dapat
menghitung sampai seratus atau seribu, tetapi memahami bahasa matematis dan
penggunaannya untuk berpikir.”
Jadi dapat disimpulkan tujuan dari pembelajaran berhitung di Taman Kanak-Kanak, yaitu untuk melatih anak berpikir logis dan sistematis sejak dini dan mengenalkan dasar-dasar pembelajaran berhitung sehingga pada saatnya nanti anak akan lebih siap mengikuti pembelajaran berhitung pada jenjang selanjutnya yang lebih kompleks.
d. Prinsip-prinsip Berhitung
Menurut Depdiknas (2000:8) mengemukakan prinsip-prinsip dalam menerapkan permainan berhitung di Taman kanak-kanak yaitu permainan berhitung diberikan secara bertahap, diawali dengan menghitung benda-benda atau pengalaman peristiwa konkrit yang dialami melalui pengamatan terhadap alam sekitar dan melalui tingkat kesukarannya, misalnya dari konkrit ke abstrak, mudah ke sukar, dan dari sederhana ke yang lebih kompleks. Permainan berhitung akan berhasil jika anak diberi kesempatan berpartisipasi dan dirangsang untuk menyelesaikan masalah-masalahnya sendiri, Permainan behitung membutuhkan suasana menyenangkan dan memberikan rasa aman serta kebebasan bagi anak. Untuk itu diperlukan alat peraga/media yang sesuai dengan benda sebenarnya (tiruan), menarik dan bervariasi, mudah digunakan dan tidak membahayakan.
Selain itu bahasa yang digunakan didalam pengenalan konsep berhitung seyogyanya bahasa yang sederhana dan jika memungkinkan mengambil contoh yang terdapat di lingkungan sekitar. Lebih lanjut Yew (dalam Susanto, 2011:103) mengungkapkan beberapa prinsip dalam mengajarkan berhitung pada anak, diantaranya membuat pelajaran yang menyenangkan, mengajak anak terlibat secara langsung, membangun keinginan dan kepercayaan diri dalam menyesuaikan berhitung, hargai kesalahan anak dan jangan menghukumnya, fokus pada apa yang anak capai. Pelajaran yang mengasyikan dengan melakukan aktivitas yang menghubungkan kegiatan berhitung dengan kehidupan sehari-hari.
Dari prinsip-prinsip berhitung di atas, dapat disimpulkan prinsip-prinsip berhitung untuk anak usia dini yaitu pembelajaran secara langsung yang dilakukan oleh anak didik melalui bermain atau permainan yang diberikan secara bertahap, menyenangkan bagi anak didik dan tidak memaksakan kehendak guru dimana anak diberi kebebasan untuk berpartisipasi atau terlibat langsung menyelesaikan masalah-masalahnya.
e. Tahap Penguasaan Berhitung
Depdiknas (2000:7) mengemukakan bahwa berhitung di Taman Kanak-Kanak seyogyanya dilakukan melalui tiga tahapan penguasaan berhitung, yaitu Penguasaan konsep, masa transisi, dan lambang. Penguasaan konsep adalah pemahaman dan pengertian tentang sesuatu dengan menggunakan benda dan peristiwa konkrit, seperti pengenalan warna, bentuk, dan menghitung bilangan.
Masa transisi adalah proses berfikir yang merupakan masa peralihan dari pemahaman konkrit menuju pengenalan lambang yang abstrak, dimana benda konkrit itu masih ada dan mulai dikenalkan bentuk lambangnya. Hal ini harus dilakukan guru secara bertahap sesuai dengan laju dan kecepatan kemampuan anak yang secara individual berbeda. Misalnya, ketika guru menjelaskan konsep satu dengan menggunakan benda (satu buah pensil), anak-anak dapat menyebutkan benda lain yang memiliki konsep sama, sekaligus mengenalkan bentuk lambang dari angka satu itu.
Piaget (Suyanto, 2005:160) mengungkapkan bahwa matematika untuk anak usia dini tidak bisa diajarkan secara langsung. Sebelum anak mengenal konsep bilangan dan operasi bilangan, anak harus dilatih lebih dahulu mengkonstruksi pemahaman dengan bahasa simbolik yang disebut sebagai abstraksi sederhana (simple abstraction) yang dikenal pula dengan abstraksi empiris. Kemudian anak dilatih berpikir simbolik lebih jauh, yang disebut abstraksi reflektif (reflectife abstraction). Langkah berikutnya ialah mengajari anak menghubungkan antara pengertian bilangan dengan simbol bilangan.
Burns & Lorton (Sudono, 2010: 22) menjelaskan lebih terperinci bahwa setelah konsep dipahami oleh anak, guru mengenalkan lambang konsep. Kejelasan hubungan antara konsep konkrit dan lambang bilangan menjadi tugas guru yang sangat penting dan tidak tergesa-gesa. Sedangkan lambang merupakan visualisasi dari berbagai konsep.
Misalnya lambang 7 untuk menggambarkan konsep bilangan tujuh, merah untuk menggambarkan konsep warna, besar untuk menggambarkan konsep ruang, dan persegi empat untuk menggambarkan konsep bentuk. Burns & Lorton              (Sudono, 2010:22) mengungkapkan bahwa pada tingkat ini biarkan anak diberi kesempatan untuk menulis lambang bilangan atas konsep konkrit yang telah mereka pahami. Berilah mereka kesempatan yang cukup untuk menggunakan alat konkrit hingga mereka melepaskannya sendiri. Dapat disimpulkan bahwa berhitung di Taman Kanak-Kanak dilakukan melalui tiga tahapan penguasaan berhitung, yaitu Penguasaan konsep, masa transisi, dan lambang.
f. Manfaat Pengenalan Berhitung
Kecerdasaan matematika mencangkup kemampuan untuk menggunakan angka dan perhitungan, pola dan logika, dan pola pikir ilmiah. Secara umum permainan matematika bertujuan mengetahui dasar-dasar pembelajaran berhitung sejak usia dini sehingga anak-anak akan siap, mengikuti pembelajaran matematika pada jenjang berikutnya di sekolah dasar.
Menurut Suyanto (2005:57) manfaat utama pengenalan matematika, termasuk didalamnya kegiatan berhitung ialah mengembangkan aspek perkembangan dan kecerdasan anak dengan menstimulasi otak untuk berpikir logis dan matematis. Permainan matematika menurut Siswanto (2008:44) mempunyai manfaat bagi anak-anak, dimana melalui berbagai pengamatan terhadap benda disekelilingnya dapat berfikir secara sistematis dan logis, dapat beradaptasi dan menyesuaikan dengan lingkungannya yang dalam keseharian memerlukan kepandaian berhitung.
Memiliki apresiasi, konsentrasi serta ketelitian yang tinggi. Mengetahui konsep ruang dan waktu. Mampu memperkirakan urutan sesuatu. Terlatih, menciptakan sesuatu secara spontan sehingga memiliki kreativitas dan imajinasi yang tinggi. Anak-anak yang cerdas matematika-logika anak dengan memberi materi-materi konkrit yang dapat dijadikan bahan percobaan. Kecerdasaan matematika –logika juga dapat ditumbuhkan melalui interaksi positif yang mampu memuaskan rasa ingin tahu anak. Oleh karena itu, guru harus dapat menjawab pertanyaan anak dan memberi penjelasan logis, selain itu guru perlu memberikan permainan-permainan yang memotivasi logika anak.
Menurut Sujiono (2008:11.5) permainan matematika yang diberikan pada anak usia dini pada kegiatan belajar di TK bermanfaat antara lain, pertama membelajarkan anak berdasarkan konsep matematika yang benar, menarik dan menyenangkan. Kedua, menghindari ketakutan terhadap matematika sejak awal. Ketiga, membantu anak belajar secara alami melalui kegiatan bermain.
Permainan matematika yang diberikan pada anak usia dini pada kegiatan belajar di Taman Kanak-kanak bermanfaat antara lain, pertama membelajarkan anak berdasarkan konsep matematika yang benar, menarik dan menyenangkan. Kedua, menghindari ketakutan terhadap matematika sejak awal. Ketiga, membantu anak belajar secara alami melalui kegiatan bermain

Contoh video pembelajaran berhitung:


Metode Diskusi

PEMBELAJARAN METODE DISKUSI





Pengertian metode diskusi
Diskusi adalah aktivitas dari sekelompok siswa, berbicara saling bertukar informasi maupun pendapat tentang sebuah topik atau masalah, dimana setiap anak ingin mencari jawaban/penyelesaian problem dari segala segi dan kemungkinan yang ada. (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan: 1994)
Metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran, di mana siswa-siswa dihadapkan kepada suatu masalah, yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama. (Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain : 2006). Metode diskusi adalah suatu cara penyampaian materi pelajaran melalui sarana pertukaran pikiran untuk memecahkan persoalan yang dihadapai (Semiwan, 9990:76).Sedangkan menurut Suryosubroto (1997:179) mengemukakan metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pengajaran dengan guru memberikan kesempatan kepada siswa atau kelompok-kelompok untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun ke berbagai alternatif pemecahan suatu masalah.
Metode diskusi merupakan suatu metode pengajaran yang mana guru memberi suatu persoalan atau masalah kepada murid, dan para murid diberi kesempatan secara bersama-sama untuk memecahkan masalah itu dengan teman-temannya.Dalam diskusi murid dapat mengemukakan pendapat, menyangkal pendapat orang lain, mengajukan usul-usul, dan mengajukan saran-saran dalam rangka pemecahan masalah yang ditinjau dari berbagai segi.
Ciri-ciri dan Karakteristik Metode Diskusi
Soetomo (1993: 153) menyebutkan bahwa “metode diskusi merupakan suatu metode pengajaran yang mana guru memberikan suatu persoalan (masalah) kepada murid, dan para murid diberi kesempatan secara bersama-sama untuk meme-cahkan masalah itu dengan teman-temannya”.Dalam kelompok diskusi siswa saling tukar informasi tentang permasalahan yang sedang dibahas.Perbedaan pendapat sering terjadi. Semakin banyak yang beda pendapat, maka keadaan diskusi akan semakin hidup.
Slameto (1991: 101) menyebutkan bahwa “diskusi kelompok ialah per-cakapan yang direncanakan atau dipersiapkan di antara tiga orang siswa atau lebih tentang topik tertentu dengan seorang pemimpin”.Percakapan diartikan sebagai adanya pendapat dari masing-masing anggota kelompok dalam ikut memberikan alternatif pemecahan masalah sesuai dengan pikirannya masing-masing. 
Berdasarkan pengertian tersebut dapat dirumuskan bahwa metode diskusi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
         1.      Terdiri dari beberapa orang, bisa lebih dari tiga orang.
         2.      Ada permasalahan yang sedang dicarikan solusi pemecahannya.
         3.      Ada yang menjadi pemimpin.
         4.      Ada proses tukar pendapat atau informasi.
         5.      Menghasilkan rumusan alternatif pemecahan masalah yang sedang dibahas.
Tujuan metode diskusi dalam belajar-mengajar
1.      Menanamkan dan mengembangkan keberanian untuk mengemukakan pendapat sendiri.
2.      Mencari kebenaran secara jujur melalui pertimbangan pendapat yang mungkin saja berbeda antara satu dengan yang lain.
3.      Belajar menemukan kesepakatan pendapat melalui musyawarah.
4.      Memberikan kehidupan kelas yang lebih mendekati kegiatan hidup yang sebenarnya.
Langkah-langkah penggunaan metode diskusi
Langkah-langkah penggunaan metode diskusi menurut Hasibuan (1985) dan Sastrawijaya (1988)adalah sebagai berikut:
1.   Guru mengemukkan masalah yang akan didiskusikan dan memberikan pengarahan seperlunya mengenai cara-cara pemecahannya.
2.  Para siswa membentuk kelompok-kelompok diskusi memilih pimpinan diskusi (ketua, sekretaris, pelapor) mengatur tempat duduk, ruangan, sarana,dan sebagainya dengan bimbingan guru.Pimpinan diskusi sebaiknya berada di tangan siswa yang :
a)      Lebih memahami masalah yang akan didiskusikan
b)      "Berwibawa" dan disenangi oleh teman-temannya
c)      Lancar berbicara
d)     Dapat bertindak tegas, adil, dan demokratis
Tugas pimpinan diskusi antara lain :
a)      Pengatur dan pengarah diskusi
b)      Pengatur "lalu lintas" pembicaraan
c)      Penengah dan penyimpul berbagai pendapat
3.    Para siswa berdiskusi dalam kelompoknya masing-masng, sedangkan guru berkeliling dari kelompok yang satu ke kelompok yang lain, menjaga ketertiban, serta memberikan dorongan dan bantuan agar anggota kelompok berpartisipasi aktif dan diskusi dapat berjalan lancar. Setiap siswa hendaknya, mengetahui secara persis apa yang akan didiskusikan dan bagaimana caranya berdiskusi.
4.    Setiap kelompok harus melaporkan hasil diskusinya. Hasil diskusi dilaporkan ditanggapi oleh semua siswa, terutama dari kelompok lain. Guru memberikan ulasan atau penjelasan terhadap laporan tersebut.
5.     Akhirnya siswa mencatat hasil diskusi, sedangkan guru menyimpulkan laporan hasil diskusi dari setiap kelompok.
Jenis-jenis metode diskusi
Jenis-jenis diskusi menurut Hasibuan (1985) yaitu :
1)      Whole group
Kelas merupakan satu kelompok diskusi.Whole group yang ideal apabila jumlah anggota tidak lebih dari 15 orang.
2)      Buzz group
Satu kelompok besar dibagi menjadi beberapa kelompok kecil, terdiri atas 4-5 orang.Tempat diatur agar siswa dapat berhadapan muka dan bertukar pikiran dengan mudah.Diskusi diadakan di tengah pelajaran atau di akhir pelajaran dengan maksud menajamkan kerangka bahan pelajaran, memperjelas bahan pelajaran atau menjawab pertanyaan-pertanyaan.Hasil belajar yang diharapkan ialah agar segenap individu membandingkan persepsinya yang mungkin berbeda-beda tentang bahan pelajaran, membandingkan interpretasi dan informasi yang diperoleh masing-masing.Dengan demikian masing-masing individu dapat saling memperbaiki pengertian, persepsi, informasi, interpretasi sehingga dapat dihindarkan kekeliruan-kekeliruan.
3)      Panel
Suatu kelompok kecil, biasanya3-6 orang, mendiskusikan satu subjek tertentu, duduk dalam suatu susunan semi melingkar, dipimpin oleh seorang moderator.Panel ini secara fisik dapat berhadapan dengan audience, dapat juga secara tidak langsung (misalnya panel di televisi).Pada suatu panel yang murni, audience tidak ikut serta dalam diskusi.
4)      Syndicate group
Suatu kelompok (kelas) dibagi menjadi beberapa kelompok klecil terdiri dari 3-6 orang.Masing-masing kelompok kecil melaksanakan tugas tertentu. Guru menjelaskan garis besarnya problema kepada kelas:ia menggambarkan aspek-aspek masalah, kemudian tiap-tiap kelompok (syndicate) diberi tugas untuk mempelajari suatu aspek tertentu. Guru menyediakan referensi atau sumber-sumber informasi lain.Setiap sindikat bersidang sendiri-sendiri atau membaca bahan, berdiskusi, dan menyusun laporan yang berupa kesimpulan sindikat.Tiap laporan dibawa ke sidang pleno untuk didiskusikan lebih lanjut.
5)      Brain Storming group
Kelompok menyumbangkan ide-ide baru tanpa dinilai segera.Setiap anggota kelompok mengeluarkan pendapatnya. Hasil belajar yang diharapkan ialah agar anggota kelompok belajar menghargai pendapat orang lain, menumbuhkan rasa percaya pada diri sendiri dalam mengembangkan ide-ide yang ditemukannya yang dianggap benar.
6)      Simposium
Beberapa orang membahas tentang berbnagai aspek dari suatu subjek tertentu, dan membacakan di muka peserta symposium secara singkat (5-20 menit).Kemudian diikuti dengan sanggahan dan pertanyaan dari para penyanggah, dan juga dari pendengar.Bahasan dan sanggahan itu selanjutnya dirumuskan oleh panitia perumus sebagai hasil simposium.
7)      Informal debate
Kelas dibagi menjadi dua tim yang agak sama besarnya, dan mendiskusikan subjek yang cocok untuk diperdebatkan tanpa memperhatikan peraturan perdebatan normal. Bahan yang cocok untuk diperdebatkan ialah yang bersifat problematic, bukan yang bersifat aktual.
8)      Colloquium
Seseorang atau beberapa orang manusia sumber menjawab pertanyaan dari audience. Dalam kegiatan belajar mengajar, siswa atau mahasiswa menginterviu manusia sumber, selanjutnya mengundang pertanyaan lain atau tambahan dari siswa atau mahasiswa lain. Hasil belajar yang diharapkan ialah para siswa atau mahasiswa akan memperoleh pengetahuan dari tangan pertama.
9)      Fish bowl
Beberapa orang peserta dipimpin oleh seorang ketua mengadakan suatu diskusi untuk mengambil suatu keputusan.Tempat duduk diatur merupakan setengah lingkaran dengan dua atau tiga kursi kosong menghadap peserta diskusi.Kelompok pendengar duduk mengelilingi kelompok diskusi, seolah-olah melihat ikan yang berada dalam sebuah mangkuk (fish bowl).
Sedang kelompok diskusi berdiskusi, kelompok pendengar yang ingin menyumbangkan pikiran dapat masuk duduk di kursi kosong. Apabila ketua diskusi mempersilakan berbicara, ia dapat langsung berbicara, dan meninggalkan kursi setelah selesai berbicara.
Kelebihan dan kekurangan metode diskusi
Kelebihan metode diskusi adalah:
1.  Merangsang kreativitas siswa dalam bentuk ide, gagasan – prakarsa, dan terobosan baru dalam pemecahan suatu masalah.
2.      Mengembangkan sikap menghargai pendapat orang lain
3.      Memperluas wawasan
4.      Membina untuk terbiasa musyawarah untuk memperkuat dalam memecahkan
Agar metode diskusi dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan maka guru harus memperhatikan beberapa hal, yaitu :
a.   Menentukan masalah (topik) yang dijangkau oleh taraf berfikir siswa. Artinya siswa sudah memiliki pengetahuan tentang pemecahan masalah yang diharapkan. Sehingga siswa dapat menilai, menganalisa dan mencari alternatif pemecahan dari topik yang diberikan oleh guru.
b.      Mengemukakan masalah dengan memberi penjelasan cara-cara pemecahannya dan menjelaskan hasil apa yang ingin dicapai dalam diskusi.
c.   Guru membentuk kelompok dengan murid dan dipilih pula ketua, wakil, penulis, mengatur tempat duduk, menjelaskan tata tertib dan lain-lain.
d.   Murid mendiskusikan masalah dengan kelompoknya masing-masing dengan bimbingan guru. Guru mendekatkan pada masing-masing kelompok secara bergantian dan memberi bantuan bila diperlukan, merangsang semua anggota kelompok untuk aktif dalam berbicara, mengemukakan ide-ide tanpa adanya tekanan atau paksaan.
e.      Tiap kelompok melaporkan hasil-hasilnya. Lebih baik dalam laporan itu diajukan selain secara tertulis juga secara lisan (dibacakan) dab semua siswa diharapkan memberi tanggapan dan guru berusaha sebagai penengah apabila ada perbedaan (pertentangan) pendapat dan memberi usulan serta penjelasan sebagai kesimpulan.
f.       Akhirnya semua siswa mencatat hasil dari diskusi dan masing-masing ketua kelompok mengumpulkan hasil diskusinya kepada guru. 
Kekurangan metode diskusi adalah:
1.      Tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar.
2.      Pembicaraan terkadang menyimpang, sehingga memerlukan waktu yang panjang.
3.      Mungkin dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara atau ingin menonjolkan diri. 
Untuk meminimalisir kekurangan metode ini, maka guru atau murid sebagai pemimpin diskusi mempunyai peranan sebagai berikut :
1.      Sebagai penunjuk jalan
Tugas pemimpin disini ialah memberikan pengarahan kepada anggota tentang masalah yang akan didiskusikan (ruang lingkup diskusi). Sehingga dengan demikian tidak timbul pertanyaan-pertanyaan yang menyimpang.
2.      Sebagai pengatur lalu lintas
Bertugas mengatur jalannya diskusi agar jalannya menjadi lancar :
a)      Dengan jalan mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada anggota kelompok tertentu.
b)      Menjaga agar anggota berbicara menurut giliran (tidak serentak).
c)      Menjaga agar diskusi tidak dikuasi oleh orang-orang tertentu yang gemar berbicara.
d) Membuka kesempatan kepada orang-orang tertentu (pemalu) untuk mengungkapkan pendapatnya.
e)      Mengatur pembicaraan agar didengar oleh semua anggota.
3.      Sebagai dinding penangkis
Disini tugas pemimpin diskusi ialah penerima pertanyaan-pertanyaan dari anggota kemudian melemparkannya kembali kepada anggota. Jangan sampai terjadi tanya jawab antar kelompok kecil saja. Usahakan seluruh anggota kelompok aktif berpartisipasi.
Metode diskusi dalam proses belajar mengajar mempunyai beberapa kegunaan, antara lain :
1.  Memberi kesempatan pada siswa untuk menyalurkan kemampuan masing-masing, dapat mendorong anak untuk mengemukakan ide baru.
2.    Dapat memanfaatkan berbagai kemampuan yang dimiliki oleh siswa.
3.    Membantu siswa untuk dapat mengetrapkan pengalaman teoritis dan pengalaman praktis dalam berbagai pengetahuan di sekolah.
4.  Membantu siswa untuk dapat menilai kemampuan dirinya, teman-temannya dan juga siswa dapat menghargai pendapat teman.
5.      Mengembangkan inovasi anank untuk belajar lebih lanjut.
Contoh video pembelajaran metode diskusi:
 
 Referensi: http://ulfiaatm.blogspot.com/2013/06/metode-diskusi.html